Postingan

Day 6

Ayam ramadhan , begitulah aku menyebutnya adalah menu ayam yang menyerupai opor namun berwarna kecoklatan, yang akan kau jumpai selama satu bulan penuh Ramadhan, khusunya di asrama International University Of Africa, Sudan. Hal ini sempat membuatku khawatir, dikarenakan lidahku yang belum bersahabat dengan makanan berat khas Sudan yang terkenal dengan bumbunya yang 'sederhana'. Membayangkan hanya dapat menyantap menu ayam dari asrama satu bulan penuh membuatku takut akan bosan. Namun Allah selalu punya rencana indah bagi hamba-Nya, rasa ayam yang berbeda dari biasanya dengan rasa yang pas tidak terlalu 'sederhana' seperti biasanya, megingatkanku akan makanan Indonesia yang terkenal akan kekayaan rempah-rempahnya, membuat menu ini menjadi menu favorit Ramadhanku yang selalu kutunggu-tunggu menjelang waktu berbuka. Fa bi ayyi aala irabbikuma tukadzibaan ?* *Maka nikmat Allah mana lagi yang engkau dustakan?

Day 5

Ramadhan adalah waktu yang sering dijadikan bagi kebanyakan orang sebagai alasan untuk menjadi acuan dan penyemangat untuk lebih bersemangat dalam meningkatkan kualitas ibadah. Ramadhan menjadi bulan ujian untuk menilai sekuat mana ibadah kita di bulan-bulan sebelumnya. Sholat taraweh yang hanya dapat ditemukan di bulan Ramadhan menjadi salah satu ibadah favorit, apalagi di Negeri Sudan. Sholat taraweh menjadi lebih nikmat dikarenakan masjid-masjidnya yang nyaman dengan pendingin ruangan yang tak henti bekerja, suara merdu para imam dengan tajwid yang tidak perlu diragukan, semangat para jemaah yang berlomba-lomba mengisi shaf terdepan, dan berbagai hal-hal manis lainnya. Satu juz yang dilantunkan dengan beberapa qiraat * berbeda membuat kita tidak merasakan lelahnya berdiri berjam-jam, malah membuat jiwa ini merasa kurang seperti tak ingin berhenti. Di sudan tak kutemukan anak-anak yang ribut sibuk berlari mengganggu konsentrasi para jamaah. Suasana khusyuk, tentram dan damai

The World is Moaning, Where are We?

In this era of globalization, everything is changing rapidly, all transformed into ease, which  was once just wandering in the fantasy now standing around us. In essence, all keep moving, walking and even running to follow the rhythm of demand and human needs which never enough. Like obtaining the magic powder of the fairy, in an instant the new discoveries are found, the technology is expanding, new ideas are beginning to emerge, even the laws are being reformed, in which the majority take control and in every crucial side of life, as if they occupy the highest peak in the pyramid of the social order, while the minorities get the sad and even unfit treatment of living beings called human beings, they seem to be owners of the lowest position in the pyramid of life. It is a miserable irony, when one group gets abundant respect, while others become like invisible people who are not worthy of any social and economic side. When those in power are immune from the law, while the minori

Day 4

Khawatir itulah yang aku rasakan menjelang Ramadhan di Sudan. Aku khawatir akan cuaca panas yang akan menghampiri, khawatir akan asupan gizi yang berkurang dikarenakan para penjual yang banyak meliburkan diri, khawatir akan waktu yang terasa begitu lama. Semua kekhawatiran tersebut mulai membuatku ragu pada diriku sendiri, apakah aku mampu menjalani ibadah puasa di tengah gurun nan gersang ini? Apakah aku mampu tetap menjalani rutinitas sebagai seorang mahasiswa ketika jarak kampus terasa beribu-ribu kilometer jauhnya kala Ramadhan tiba? Apakah aku mampu beribadah dengan khusyuk ditengah banyaknya ujian dan tugas yang menanti? Namun Allah selalu punya caranya yang indah, Ramadhan di Sudan sungguh berkah. Kekhawatiranku terhadap asupan gizi terjawab sudah dengan disediakannya makanan, minuman, bahkan buah-buahan segar dari asrama. Allah berikan kami rezeki lewat hamba-hambanya yang pemurah, yang rela menjadi donatur selama Ramadhan penuh. Kini aku tak perlu pusing memikirkan harus

Day 3

Sepi itulah yang akan kau temukan dalam hari-hari Ramadhan di Sudan. Mulai dari toko-toko dan restaurant yang tutup sepanjang hari, pasar-pasar sepi, kendaraan-kendaraan pribadi yang terparkir rapi di depan rumah, angkutan umum yang sangat jarang kau temukan. Suasana lengang, semua sibuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah masing-masing. Di setiap sudut kau akan temukan pribadi-pribadi yang khusyuk dengan mushaf di tangan, kau akan dengar dengungan zikir yang tiada putus, kau akan lihat betapa tangguhnya kesabaran mereka dalam beribadah di bawah teriknya matahari yang menyengat. Sungguh pemandangan yang sejuk dan menenangkan hati. Fa bi ayyi aalaa i rabbikuma tukadzibaan? *  *Maka nikmat Allah mana lagi yang engkau dustakan?

Day 2

Salah satu keunikan ramadhan di Sudan adalah ucapan " Ramadhan Kareem ", yang selalu diucapkan oleh penduduk Sudan ketika bertemu, atau menyapa seseorang ketika berpapasan, ataupun diucapkan ketika memulai pelajaran. Lalu biasanya orang yang disapa akan menjawab dengan takbir. Kebiasaan ini seperti pengigat bahwa kita sedang berada di bulan yang mulia dan seruan untuk terus meningkatkan ibadah serta bersabar. Terkhusus para mahasiswa asing di Sudan, selain mendapatkan ucapan " Ramadhan Kareem " biasanya mereka akan menambahkam doa agar kami diberi kekuatan serta hidayah dalam beribadah di bulan yang penuh keberkahan ini. Inilah salah satu mutiara indah di Negeri ini, yang tak dapat kau temukan di tempat lain, dimana setiap muslim saling mendoakan dan mengingatkan saudaranya dalam kebaikan, alangkah besarnya nikmat Allah, dengan nuansa islami dan persaudaraan kuat yang tertanam di dalam sanubari hamba-hambanya yang mulia, membuatku semakin jatuh hati dengan ta

Day 1

Ramadhan di Sudan adalah salah satu hal yang dinanti-nanti sekaligus ditakuti oleh sebagian besar mahasiswa indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Sudan. Terlihat dari betapa seringnya kisah-kisah ramadhan terdengar dari berbagai sumber, apalagi aku yang masih terhitung anak baru di Negeri dua nil ini. Para senior dengan semangat dan bangga menceritakan bagaimana mereka menjalani hari-hari ramadhan di Sudan yang terkenal dengan cuaca panasnya yang ekstrim. Lalu mahasiswa baru dengan rasa penasaran dan was-was di dalam dada terus gencar menanyakan tips-tips menghadapi bulan ini kepada berbagai kakak senior. Tidak sampai disitu, para supir reksyah' juga sering menanyakan kepada kami mahasiswa indonesia, apakah kami akan pulang ke tanah air karena ramadhan akan tiba, ketika kami menjawab tidak akan pulang dan tetap di Sudan sang amu '' malah tertawa dan berkata "yaa miskinah, limadzaa laa tarji'na, ramadhan fii sudan sho'bah jiddan zii musykilah kabii